Mangrove adalah semak atau pohon kecil yang tumbuh di pesisir garam atau air payau. Tanaman Mangrove atau tanaman bakau adalah tanaman yang tumbuh di air payau dan di pengaruhi oleh pasang-surut air laut. Tanaman ini tumbuh di sekitar muara sungai atau teluk-teluk yang terlindungi dari gempuran ombak.
Mangrove atau Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon vivipar.
Pohon bakau juga memiliki banyak nama lain seperti tancang, tanjang, tinjang, bangko, kawoka, wako, jangkar dan lain-lain.
Mangrove merupakan bentuk tanaman pantai estuasi atau muara sungai dan delta yang terletak di daerah tropis dan subtropis. Dengan demikian Mangrove merupakan suatu ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan.
Tanaman Mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif jika tumbuh pada kondisi lingkungan yang sesuai. Karena hidupnya didekat pantai maka mangrove sering juga dinamakan tanaman pantai, tanaman pasang surut, atau tanaman payau.
Fungsi utama tanaman Mangrove adalah sebagai pelindung garis pantai dari abrasi atau pengikisan, meredam gelombang besar termasuk tsunami dan menjadi habitat berbagai jenis satwa serta menjadi tempat pembesaran nursery ground dengan berbagai banyak jenis ikan laut.
Fungsi lain tanaman Mangrove adalah merupakan lumbung besar penyimpan karbon, sebagai pencegahan erosi pantai dan tempat berkembang biaknya berbagai macam biota air edukasi bagi para wisatawan untuk mengenal lebih tanaman Mangrove serta penyelamatan lingkungan.
Jenis-jenis Bakau di Indonesia:
1. Bakau Minyak
Memiliki nama ilmiah Rhizophora Apiculata. Bakau minyak juga disebut dengan nama bakau tandok, bakau akik, bakau kacang dan lain-lain. Tandanya, dengan warna kemerahan pada tangkai daun dan sisi bawah daun.
Bunga biasanya berkelompok dua-dua, dengan daun mahkota gundul dan kekuningan. Buah kecil, coklat, panjangnya 2–3,5 cm. Hipokotil dengan warna kemerahan atau jingga, dan merah pada leher kotiledon bila sudah matang. Panjang hipokotil sekitar 18–38 cm.
Menyukai tanah berlumpur halus dan dalam, yang tergenang jika pasang serta terkena pengaruh masukan air tawar yang tetap dan kuat. Menyebar mulai dari Sri Lanka, Semenanjung Malaya, seluruh Indonesia,sampai ke Australia tropis dan pulau-pulau di Pasifik.
2. Bakau Kurap
Nama ilmiahnya adalah Rhizophora Mucronata Poir. Juga disebut dengan nama-nama lain seperti bakau betul, bakau hitam dan lain-lain. Kulit batang hitam, memecah datar.
Bunga berkelompok, 4-8 kuntum. Daun mahkota putih, berambut panjang hingga 9 mm. Buah bentuk telur, hijau kecoklatan, 5–7 cm. Hipokotil besar, kasar dan berbintil, panjang 36–70 cm. Leher kotiledon kuning jika matang.
Sering bercampur dengan bakau minyak, namun lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan berpasir. Lebih menyukai substrat yang tergenang dalam dan kaya humus; jarang sekali didapati di tempat yang jauh dari pasang surut. Menyebar luas mulai dari Afrika timur, Madagaskar, Mauritania, Asia Tenggara, kepulauan Nusantara, Melanesia dan Mikronesia.
3. Bakau Kecil
Pohon dengan satu atau banyak batang. Tidak seperti dua kerabatnya terdahulu yang dapat mencapai 30 m, bakau kecil hanya tumbuh sampai dengan tinggi sekitar 10 m. Nama ilmiahnya adalah Rhizophora stylosa Griff.
Bunga dalam kelompok besar, 8-16 kuntum, kecil-kecil. Daun mahkota putih, berambut panjang hingga 8 mm. Buah coklat kecil, panjang s/d 4 cm. Hipokotil berbintil agak halus, 20–35 cm (kadang-kadang 50 cm); leher kotiledon kuning kehijauan ketika matang.
Bakau ini menempati habitat yang paling beragam. Mulai dari lumpur, pasir sampai pecahan batu atau karang. Mulai dari tepi pantai hingga daratan yang mengering. Terutama di tepian pulau yang berkarang. Diketahui menyebar di Taiwan, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, dan Australia tropis.
Di Indonesia didapati mulai dari Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Sulawesi, Maluku dan Papua. Di Kepulauan Indonesia , hutan bakau terjadi sekitar banyak dari provinsi Papua, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,Maluku dan pulau-pulau sekitarnya. Lebih jauh ke utara, mereka ditemukan di sepanjang pantai dari Semenanjung Melayu.
Indonesia memiliki sekitar 9.360.000 hektar hutan Mangrove, tetapi 48% dikategorikan sebagai rusak sedang dan 23% sebagai rusak parah
Hutan Mangrove Di Pulau Pari
Tanaman Mangrove Pulau Pari terbentuk secara alami yang luasnya sekitar 10 hektar lebih dan kemudian dikelola oleh warga sekitar untuk dijadikan tempat wisata.Di Pantai Pasir Perawan Pulau Pari salah satu daerah terdapat tanaman mangrove, pengunjung bisa berkeliling di kawasan tanaman mangrove dengan menggunakan sampan yang dapat di tumpangi sekitar 7-8 orang dengan biaya Rp 15.000/orang. Selain bisa menikmati udara segar, wisatawan juga bisa belajar mengenai pelestarian tanaman Mangrove.
Tanaman Mangrove Pulau Pari sangat luas karena terdapat 3 (tiga)terowongan yang bisa dilalui. Setiap terowongan memiliki bentuk yang berbeda-beda. Ketika pengunjung memasuki terowongan, kita seperti berada di tengah-tengah hutan Mangrove yang memiliki kerimbunan cukup tebal.
Waktu yang paling tepat untuk berkunjung atau mengelilingi tanaman mangrove yaitu pada saat air laut pasang. Karena pada saat air laut surut, perahu sampan tidak bisa berjalan atau di dayung.Jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan dengan berfoto ria di sekitar tanaman Mangrove.
Ekosistem Tanaman Mangrove
Ekosistem tanaman mangrove ini bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah, salinitas tanah yang tinggi serta mengalami daur penggenangan oleh pasang surut air laut. Tidak banyak jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas tanaman bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
Spesies dan biota Mangrove yang ditemukan di ekosistem pesisir pantai Pulau Pari
1. Jenis Mangrove : Rhizophora Mucronata
2. Jenis Substrat : Pasir berlumpur
3. Tipe Perakaran : Akar tongkat
4. Daun : Daun berwarna kuning kehijauan, berbentuk bulat meruncing.
5. Bunga dan Buah : Bunga berwarna kuning kehijauan. Buah propagule berbentuk memanjang serta berwarna hijau.
6. Biota Asosiatif : Gastropoda, Crustacea, Bivalvia
Rhizophora Mucronata merupakan pohon tinggi dengan akar tunggang yang biasanya abortif, akar lateral atau banyak. Tipe perakaran yaitu akar tunjang Cane Root. Batang berbentuk silinder, warna hampir hitam atau kemerahan, permukaan kasar atau kadang-kadang bersisik, dengan retak-retak melintang yang menonjol hampir melingkari batang.
Daun melonjong, dengan titik-titik hitam yang terlihat pada permukaan bawah, warna hijau mengkilap di atas dan lebih pudar di bawah permukaan daun.
Berikut ini merupakan klasifikasi Taksonomis dari Rhizophora Mucronata :
A. Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
B. Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
C. Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
D. Ordo : Malpighiales
E. Famili : Rhizophoraceae
F. Genus : Rhizophora
G. Spesies : Rhizophora Mucronata
Biota-biota asosiasi yang ditemukan pada daerah mangrove selama pengamatan antara lain dari kelas Gastropoda dan Crestace.
Hutan mangrove adalah ekosistem yang unik dan berfungsi ganda dalam lingkungan hidup. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh lautan dan daratan, sehingga terjadi interaksi kompleks antara sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi.
Hutan Mangrove termasuk salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan terdapat hampir di seluruh perairan Indonesia yang berpantai landai. Sebagai salah satu ekosistem yang unik, hutan mangrove merupakan sumberdaya yang potensial, karena mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu fungsi ekologis, fungsi ekonomi, dan fungsi lain yaitu dibidang pariwisata, penelitian, dan pendidikan.
Meskipun demikian, hutan Mangrove merupakan ekosistem yang sangat mudah rusak jika terjadi perubahan pada salah satu unsur pembentuknya, sehingga dikenal sebagai fragile ecosystem (Ekosistem yang rapuh).
Ekosistem mangrove juga merupakan suatu kawasan ekosistem yang rumit karena terkait dengan ekosistem darat dan ekosistem lepas pantai di luarnya.
Oleh sebab itu, hutan mangrove dapat dikatakan sebagai interface ecosistem, yaitu yang menghubungkan daratan ke arah pedalaman serta daerah pesisir muara.Banyak jenis hewan dan jasad renik yang berasosiasi dengan hutan Mangrove. Di antara berbagai jenis hewan dan jasad renik, baik yang terdapat pada pantai hutan maupun yang menempel pada tanaman, sebagian dari daur hidupnya membutuhkan lingkungan Mangrove.
Beberapa jenis tanaman yang hidup pada ekosistem Mangrove, yakni:
Berturut-turut Avicenia (api-api) seperti A. marina yang tumbuh pada tanah berliat agak keras dan A. alba pada tanah yang lebih lembek serta Sonneratia (bakau). Disusul Bruguiera Cylindrica (tancang) yang hidup pada tanah liat keras dan bila air pasang akan tergenang.
Formasi selanjutnya oleh Rhizophora Mucronata (bakau) dan Rhizophora Apiculata (bakau) pada pantai agak basah dan berlumpur dalam. Selain itu, umumnya ditemui juga B. Parviflra (tancang) dan Xylocarpus Granatum (nyiri). Formasi berikutnya terdiri atas B. Parviflora (tancang) yang hidup pada bekas tebangan Rhizophora dan dilanjutkan pada formasi akhir B. Gymnorhiza.
Menanam 1.000 Pohon Mangrove Di Kepulaun Seribu
Tanggal 22 April 2016, untuk memperingati hari Bumi, Humas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Unit Pelaksana Teknis Loka Pengembangan Kompetensi Sumberdaya Manusia Oseanografi Pulau Pari mengajak masyarakat Kepulauan Seribu menanam 1.000 pohon Mangrove dalam kegiatan Youth Green Act: A Thousand Mangrove For Earth, di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan, Jakarta.
Kegiatan itu merupakan bentuk kampanye penyadaran akan pentingnya keberadaan Mangrove dan upaya menjaga kelestarian tanaman Mangrove khususnya bagi keberlangsungan hidup masyarakat pesisir maupun masyarakat di pulau-pulau kecil seperti Pulau Pari.
Masyarakat di Pulau Pari diharapkan dapat memahami fungsi hutan Mangrove, jenis Mangrove, cara penanaman Mangrove dan cara penyelamatan Mangrove.
Sebagai negara tropis dan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia merupakan surga bagi Mangrove. Tapi sayang, akhir-akhir ini luas Hutan Mangrove Indonesia semakin menurun akibat aktivitas manusia di wilayah pesisir.
Berdasarkan data Food And Agriculture Organization (FAO), Mangrove berkurang hampir 30% sejak tahun 1985 hingga saat ini. Oleh karena itu, perlu adanya upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian hutan Mangrove.
Mangrove memiliki manfaat ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan biologi di suatu perairan.
Dalam potensi ekologis, Mangrove berperan sebagai penahan ombak, penahan angin, pengendali banjir, perangkap sedimen, dan penahan instrusi air asin. Mangrove juga merupakan penyumbang zat hara yang berguna untuk kesuburan perairan di sekitarnya.
Berikut ini adalah fakta-fakta tentang pentingnya Mangrove, sebagai berikut:
1. Indonesia memiliki salah satu wilayah hutan Mangrove luas di dunia
2. Sekitar 3 juta hektare hutan mangrove tumbuh di sepanjang 95.000 kilometer pesisir Indonesia. Jumlah ini mewakili 23% dari keseluruhan ekosistem Mangrove dunia.
3. Hutan Mangrove ditemukan di banyak wilayah Indonesia, dan ekosistem Mangrove regional penting ada di Papua, Kalimantan dan Sumatera.
4. Tinggi pohon Mangrove di Indonesia dapat mencapai 50 meter. Kelompok pohonnya padat, dengan akar berkelindan keluar dari batang pohon. Ketika laut pasang, hutan Mangrove dibanjiri oleh air. Dan saat laut surut, lumpur tebal melapisi permukaan Mangrove, menyimpan material organik yang sangat kaya.
5. Mangrove Indonesia merupakan salah satu hutan kaya karbon dunia.
Hutan Mangrove merupakan hutan dengan kandungan karbon terpadat di wilayah tropis. Lahan ini menyimpan lebih dari 3 (tiga) kali rata-rata karbon per hektar hutan tropis daratan.
6. Hutan Mangrove Indonesia menyimpan lima kali karbon lebih banyak per hektare dibandingkan dengan hutan tropis dataran tinggi.
7. Mangrove berkontribusi terhadap 10-15% sedimen simpanan karbon pesisir sementara di wilayah pesisir global hanya menyumbang 0,5%.
8. Mangrove Indonesia menyimpan 3,14 miliar metrik ton karbon (PgC). Jumlah ini mencakup sepertiga stok karbon pesisir global.
9. Permukaan bawah ekosistem Mangrove Indonesia menyimpan sejumlah besar karbon: 78% karbon disimpan di dalam tanah, 20% karbon disimpan di pohon hidup, akar atau biomassa, dan 2% disimpan di pohon mati atau tumbang.
10. Mangrove Indonesia memainkan peran signifikan dalam strategi mitigasi perubahan iklim nasional dan global.
11. Indonesia kehilangan 40% mangrove. Artinya, Indonesia memiliki kecepatan kerusakan Mangrove terbesar di dunia.
12. Deforestasi (proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan) Mangrove Indonesia terhitung sebesar 6% dari total kehilangan hutan tahunan, meskipun hanya menutupi kurang dari 2% total wilayah hutan negara. Jumlah ini setara 0,05 juta hektare (Mha) dari total 0,84 Mha Deforestasi tahunan di Indonesia.
13. Deforestasi Mangrove di Indonesia mengakibatkan hilangnya 190 juta metrik ton CO2 setara tiap tahun eqanually. Angka ini menyumbang 20% emisi penggunaan lahan di Indonesia dengan estimasi emisi sebesar 700 juta metrik ton CO2 – eq.
Dengan mencegah deforestasi mangrove, Indonesia dapat memenuhi seperempat dari 26% target reduksi emisi pada 2020.
14. Hilangnya hutan Mangrove di Indonesia menyumbang 42% emisi gas rumah kaca akibat rusaknya ekosistem pesisir, termasuk rawa, Mangrove dan rumput laut. Mangrove di Indonesia terancam oleh Revolusi Biru
Revolusi Biru adalah kegiatan atau usaha manusia dalam meningkatkan produksi pangan atau makanan yang berasal dari sumber daya laut.
Sumber daya laut dibagi dua yaitu:
A. Sumber laut hayati, seperti alga, plankton, rumput laut, udang, cumi-cumi, gurita, sotong, kerang, kuda laut dan lain sebagainya.
B. Sumber laut non hayati, seperti energi laut, endapan nodul untuk bahan industri, garam, mineral dan lain sebagainya.
15. Penyebab utama hilangnya Mangrove di Indonesia termasuk akibat konversi tambak udang yang dikenal sebagai Revolusi Biru (Sumatra, Sulawesi dan Jawa Timur), penebangan dan konversi lahan untuk pertanian atau tambak garam (Jawa dan Sulawesi) serta degradasi akibat tumpahan minyak dan polusi (Kalimantan Timur).
16. Pada 2013, pemasukan dari ekspor udang Indonesia mencapai 1,5 miliar dolar AS; hampir 40% total pemasukan sektor perikanan Indonesia. Hutan Mangrove di Indonesia memberi manfaat bagi masyarakat lokal sebagai penyangga mata pencaharian.
17. Masyarakat lokal memanen udang, belut, kerang, kepiting, siput laut dan beragam spesies ikan dari ekosistem mangrove, memberikan penghasilan maupun pangan bagi keluarga.
18. Masyarakat lokal memanfaatkan hutan Mangrove untuk kayu bakar, material bangunan, termasuk pilar rumah dan furnitur. Nelayan memanfaatkan produk hutan Mangrove untuk membuat jangkar, sendi penyeimbang perahu, dan pewarna jaring ikan.
19. Kayu Mangrove dijual untuk bisnis bubur kertas, selain produksi arang, keping kayu dan kayu bakar. Produk-produk tersebut dipanen pada skala kecil dan besar, berkontribusi bagi penghidupan lokal dan ekspor nasional.
20. Manfaat nyata dari sistem mangrove termasuk juga fungsi sosial dan budaya. Hutan mangrove menyokong nilai religi dan spiritual, selain nilai estetis dan rekreasi untuk ekowisata Mangrove menyokong spektrum luas jasa ekosistem.
21. Mangrove menyangga spektrum luas ekosistem sekitar, termasuk gugus karang, padang lamun, hamparan lumpur dan pasir. Fungsi lingkungan ekosistem mangrove meliputi suplai dan regenerasi nutrisi, daur ulang polutan, siklus air dan menjaga kualitas air.
22. Mangrove menyediakan pertahanan penting melawan erosi pesisir. Akar mengingat lapisan tanah dan mengubah aliran air, mencegah hilangnya sedimen dari garis pesisir.
23. Hutan mangrove membantu mengurangi dampak terjangan badai, gelombang besar, dan tiupan angin dari siklon tropis. Pepohonan Mangrove mengurangi energi gelombang saat melalui hutan Mangrove, dan menjadi penghalang antara gelombang dan lahan.
24. Mangrove merupakan habitat bagi spesies laut dan darat di bawah air, hutan mangrove menjadi lahan bertelur dan berkembang biak ikan dan spesies laut. Akar dan lapisan lunak di bawah pohon memberi pangan, naungan dan perlindungan dari predasi.Di atas permukaan air, pohon dan kanopi Mangrove merupakan habitat bagi burung, serangga, mamalia dan reptil.
Mangrove adalah habitat utama Bekantan yang terancam punah, ditemukan di Indonesia dan binatang endemi Borneo.
25. Mangrove adalah semak atau pohon kecil yang tumbuh di pesisir garam atau air payau. Istilah ini juga digunakan untuk vegetasi pantai tropis yang terdiri dari spesies tersebut. Mangrove terjadi di seluruh dunia di daerah tropis dan subtropis , terutama antara garis lintang 25 ° N dan luas hutan Mangrove Total 25 ° S. Di dunia pada tahun 2000 53.190 mil persegi (137.800 km 2), yang mencakup 118 negara dan wilayah.
26. Mangrove garam pohon toleran, juga disebut Halophytes , dan beradaptasi dengan kehidupan dalam kondisi pesisir yang keras. Mereka berisi sistem penyaringan garam kompleks dan sistem akar yang kompleks untuk mengatasi air rendaman garam dan aksi gelombang. Mereka disesuaikan dengan oksigen rendah kondisi anoxic dari lumpur tergenang air.
27. Mangrove bioma atau mangal adalah garam yang berbeda hutan atau semak habitat ditandai dengan pengendapan lingkungan pesisir, dimana sedimen halus (sering dengan kandungan organik tinggi) mengumpulkan di kawasan lindung dari aksi gelombang energi tinggi. Kondisi garam ditoleransi oleh berbagai jenis Mangrove berkisar dari air payau, melalui murni air laut (3 sampai 4%), air terkonsentrasi oleh penguapan menjadi lebih dua kali salinitas air laut (hingga 9%).
28. Ekologi hutan bakau dunia pada tahun 2000. Rawa-rawa bakau ditemukan di daerah tropis dan subtropis pasang surut daerah. Area dimana mangal terjadi meliputi muara dan garis pantai laut. The intertidal keberadaan yang pohon-pohon ini diadaptasi mewakili keterbatasan utama untuk jumlah spesies dapat berkembang dalam habitat mereka. Tinggi pasang membawa air garam, dan ketika air pasang surut, penguapan solar dari air laut dalam tanah menyebabkan kenaikan lebih lanjut dalam salinitas.
Kembalinya pasang dapat flush tanah ini, membawa mereka kembali ke tingkat salinitas sebanding dengan air laut. Surut, organisme juga terkena kenaikan suhu dan pengeringan, dan kemudian didinginkan dan dibanjiri oleh air pasang.
Dengan demikian, untuk tanaman untuk bertahan hidup dalam lingkungan ini, itu harus mentolerir luas rentang salinitas, suhu, dan kelembaban, serta sejumlah faktor lingkungan penting lainnya - sehingga hanya beberapa spesies pilih membentuk komunitas pohon bakau.
29. Sekitar 110 spesies dianggap Mangrove, dalam arti menjadi pohon yang tumbuh sedemikian rawa garam, meskipun hanya sedikit yang dari genus tanaman Mangrove, Rhizophora. Namun, rawa Mangrove yang diberikan biasanya memiliki hanya sejumlah kecil dari jenis pohon.
Hal ini tidak biasa untuk hutan Mangrove di Karibia untuk fitur hanya tiga atau empat jenis pohon. Sebagai perbandingan, bioma hutan tropis berisi ribuan jenis pohon, tapi ini bukan untuk mengatakan hutan bakaukekurangan keragaman. Meskipun pohon sendiri beberapa spesies, ekosistem yang pohon-pohon ini membuat menyediakan rumah atau habitat untuk berbagai macam organisme yang lain.
30. Tumbuhan Mangrove memerlukan sejumlah adaptasi fisiologis untuk mengatasi masalah anoksia, tinggi salinitas dan sering pasang surut genangan.
31. Tiap spesies memiliki solusi sendiri untuk masalah ini, ini mungkin menjadi alasan utama mengapa, pada beberapa garis pantai, jenis pohon bakau menunjukkan zonasi yang berbeda.
Variasi lingkungan kecil dalam mangal mungkin menyebabkan sangat berbeda metode untuk mengatasi lingkungan. Oleh karena itu, campuran spesies sebagian ditentukan oleh toleransi spesies individu untuk kondisi fisik, seperti genangan pasang surut dan salinitas, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti predasi bibit tanaman oleh kepiting.
Setelah didirikan, akar bakau memberikan habitat tiram dan aliran air yang lambat, sehingga meningkatkan deposisi sedimen di daerah di mana itu sudah terjadi. Denda, sedimen anoxic di bawah bakau bertindak sebagai sink untuk berbagai berat (jejak) logam yang partikel koloid dalam sedimen telah memulung dari air. Penghapusan Mangrove mengganggu ini sedimen yang mendasari, sering menciptakan masalah kontaminasi logam jejak air laut dan biota .
32. Rawa-rawa bakau melindungi wilayah pesisir dari erosi, gelombang badai (terutama selama badai), dan tsunami. Sistem akar besar Mangrove efisien menghamburkan energi gelombang.
Demikian juga, mereka memperlambat air pasang cukup sehingga sedimen yang diendapkan sebagai air pasang datang dalam, meninggalkan semua kecuali partikel halus ketika surut air pasang.
Dengan cara ini, Mangrove membangun lingkungan mereka sendiri. Karena keunikan ekosistem bakau dan perlindungan terhadap erosi yang mereka berikan, mereka sering menjadi obyek program konservasi, termasuk nasional rencana aksi keanekaragaman hayati.
33. Tanaman Mangrove di Vietnam , Thailand , Filipina dan India menjadi tuan rumah beberapa spesies komersial penting dari ikan dan krustasea. Meskipun upaya restorasi, pengembang dan lain-lain telah dihapus lebih dari setengah Mangrove di dunia dalam beberapa kali.
34. Hutan Mangrove dapat membusuk menjadi deposito gambut karena proses jamur dan bakteri serta oleh aksi Rayap. Hal ini menjadi gambut di geokimia baik, sedimen dan kondisi tektonik. Sifat deposito ini tergantung pada lingkungan dan jenis Mangrove yang terlibat.
35. Hutan Mangrove merupakan bagian penting dari bersepeda dan penyimpanan karbon di ekosistem pesisir tropis. Menggunakan ini mungkin untuk mencoba untuk merekonstruksi lingkungan dan menyelidiki perubahan ekosistem pesisir selama ribuan tahun dengan menggunakan core sedimen.
Namun, komplikasi tambahan adalah masalah kelautan yang diimpor organik yang juga akan disimpan dalam sedimen karena pembilasan pasang surut hutan Mangrove.
36. Untuk memahami pembentukan gambut oleh bakau, adalah penting untuk memahami kondisi mereka tumbuh dan bagaimana mereka membusuk.
Rayap adalah bagian penting dari peluruhan ini, dan begitu pemahaman tentang aksi mereka pada bahan organik sangat penting untuk stabilisasi kimia gambut Mangrove.
37. Dari bidang biologi, dari 110 spesies Mangrove diakui, hanya sekitar 54 spesies dalam 20 generasi dari 16 keluarga merupakan bakau benar, spesies yang terjadi hampir secara eksklusif di habitat Mangrove.
Mendemonstrasikan evolusi konvergen, banyak dari spesies ini ditemukan solusi mirip dengan kondisi tropis variabel salinitas, rentang pasang surut atau genangan, anaerobik tanah dan sinar matahari yang intens. Tanaman keanekaragaman hayati umumnya rendah dalam mangal diberikan. Keanekaragaman hayati terbesar terjadi di mangal dari New Guinea, Indonesia dan Malaysia .